Keterlibatan Belanda Pada Perang Padri
Keterlibatan Belanda Pada Perang Padri. Karena semakin terdesak di dalam peperangan serta keberadaan Yang Dipertuan Pagaruyung yang diketahui tidak pasti, maka Kaum Adat yang kala itu dipimpin oleh Sultan Tangkal Alam Bagagar segera meminta bantuan kepada kolonial Belanda pada tanggal 21 Februari tahun 1821, walaupun sebenarnya Sultan Tangkal Alam Bagagar kala itu dianggap tidak berhak untuk membuat perjanjian dengan memakai nama Kerajaan Pagaruyung. Akibat dari perjanjian tersebut, Belanda menjadikannya tanda atas penyerahan Kerajaan Pagaruyung kepada pihak pemerintah colonial Hindia-Belanda, kemudian segera mengangkat Sultan Tangkal Alam Bagagar menjadi Regent Tanah Datar.
Keterlibatan Belanda pada perang itu karena diundang oleh kaum Adat, serta campur tangan Belanda pada perang itu ditandai oleh penyerangan Simawang serta Sulit Air oleh pasukan yang dipimpin Kapten Goffinet serta Kapten Dienema di bulan April tahun 1821 atas perintah Residen James du Puy di wilayah Padang. Kemudian pada tanggal 8 Desember 1821 datang lagi tambahan pasukan yang dipimpin Letnan Kolonel Raaff untuk dapat memperkuat posisi di kawasan yang telah dikuasai itu.
Fort van der Capellen
Kemudian pada tanggal 4 Maret 1822, pasukan Belanda yagn berada dibawah pimpinan Letnan Kolonel Raaff berhasil dalam upaya memukul mundur Kaum Padri untuk keluar dari wilayah Pagaruyung. Kemudian Belanda segera membangun benteng pertahanan di wilayah Batusangkar dengan memakai nama Fort Van der Capellen, sedangkan Kaum Padri langsung menyusun kekuatan serta masih bertahan di daerah Lintau. Pada tanggal 10 Juni tahun 1822 pergerakan pasukan Raaff di daerah Tanjung Alam dihadang oleh pihak Kaum Padri, namun pasukan Belanda bisa terus melaju ke daerah Luhak Agam. Pada tanggal 14 Agustus tahun 1822 dalam pertempuran di daerah Baso, Kapten Goffinet menderita sebuah luka dan sangat berat kemudian dia meninggal dunia pada 5 September 1822. Pada bulan September tanggal 1822 pasukan Belanda terpaksa hrus kembali ke Batusangkar karena tertekan oleh serangan yang dilancarkan Kaum Padri yang dipimpin Tuanku Nan Renceh.
Setelah mendapat sebuah tambahan pasukan tanggal 13 April tahun 1823, Raaff mencoba kembali menyerang wilayah Lintau, namun Kaum Padri dengan upaya yang gigih melakukan perlawanan, sehingga tanggal 16 April tahun 1823 Belanda terpaksa kembali lgi ke wilayah Batusangkar. Sementara tahun 1824 Yang Dipertuan Pagaruyung Sultan Arifin Muningsyah kembali ke daerah Pagaruyung atas permintaan dari Letnan Kolonel Raaff, namun tahun 1825 raja terakhir di Minangkabau ini malah wafat dan kemudian dimakamkan di daerah Pagaruyung. Sedangkan Raaff sendiri meninggal secara mendadak di Padang tanggal 17 April tahun 1824 setelah sebelumnya mengalami demam yang sangat tinggi.
Sementara pada September tahun 1824, pasukan Belanda di bawah pimpinan Mayor Frans Laemlin berhasil menguasai kawasan di daerah Luhak Agam di antaranya Koto Tuo serta daerah Ampang Gadang. Kemudian mereka menduduki wilayah Biaro dan Kapau, namun karena banyaknya luka-luka yang dideritanya, ketika bulan Desember 1824, Laemlin meninggal dunia di daerah Padang.
Gencatan senjata
Perlawanan yang dilakukan Kaum Padri memang cukup tangguh sehingga sangat menyulitkan Belanda dalam upaya penundukannya. Oleh sebab itu Belanda melalui residennya yang ada di Padang mengajak seorang pemimpin Kaum Padri yang waktu itu dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol untuk mau berdamai dengan adanya maklumat “Perjanjian Masang” tanggal 15 November 1825. Hal ini dimaklumi karena disaat yang bersamaan Pemerintah Hindia-Belanda kehabisan dana karena menghadapi peperangan lain di tanah Eropa serta wilayah Jawa seperti adanya Perang Diponegoro.
Selama periode gencatan senjata itu, Tuanku Imam Bonjol mencoba unutk memulihkan kekuatan serta mencoba merangkul kembali pihak Kaum Adat. Sehingga akhirnya muncul kompromi yang dikenal dengan sebutan “Plakat Puncak Pato” yang ada di Bukit Marapalam, Kabupaten Tanah Datar yang menimbulkan konsensus bersama Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah yang memiliki arti adat Minangkabau berlandaskan kepada ajaran Islam, sedangkan agama Islam didasari oleh Al-Qur’an.
Daftar ISI Artikel
Perang Padri
Keterlibatan Belanda Pada Perang Padri
Tuanku Imam Bonjol Perang Padri
Perlawanan Bersama Perang Padri
Bukit Tajadi Benteng Bonjol
Benteng Bonjol Perang Padri
Benteng Bonjol Jatuh
Perundingan dan Akhir Perang Padri