Tarian Jawa Timur Jaranan Buto. Pernahkah Ada mendengar salah satu tarian yang berasal dari Jawa Timur yaitu Tari Jaranan Buto? Tarian tradisional ini lebih tepatnya berasal dari Kabupaten Banyuwangi. Tari Jaranan Buto ditampilkan menggunakan properti berupa kuda buatan. Bila dilihat dari properti yang digunakan, tarian tradisional ini mirip dengan kesenian Kuda Lumping, Tari Jathilan atau Tari Jaran Kepang yang sering kita lihat. Ada yang unik dari salah satu kesenian dari Banyuwangi ini yaitu penampilan para penarinya terlihat menyeramkan. Bahkan properti kuda yang digunakan tidak berbentuk kuda secara nyata melainkan properti berbentuk wajah raksasa atau buto. Bahkan para penarinya menggunakan tata rias yang tidak biasa layaknya penari lainnya. Para penari ini menggunakan tata rias yang menyerupai raksasa lengkap dengan muka merah dan bermata besar. Tidak hanya itu, para penari juga dilengkapi dengan bertaring tajam dan berambut panjang serta gimbal. Mau tahu lebih lanjut mengenai tarian dengan para penari seram namun memikat hati tersebut? Berikut adalah hal-hal unik dari Tari Jaranan Buto, kesenian tradisional khas Banyuwangi.
Sponsor: halo jasa
- Waktu Pementasan
Salah satu hal unik dari Tari Jaranan Buto ialah waktu pementasan yang ternyata berbeda dengan tari-tarian lainnya. Tarian ini dalam pementasannya selalu diiringi dengan alunan musik diantaranya kendang, dua bonang, kempul terompet, gong besar dan kecer yang terbuat dari bahan tembaga serta seperangkat gamelan. Dalam pertunjukannya para pemain akan menghadirkan atraksi yang cukup mengangumkan. Meski begitu, masih ada atraksi kesurupan dalam tarian ini. Menariknya, Tari Jaranan Buto biasanya dipentaskan mulai pukul 10.00 pagi hingga pukul 4 sore. Di dalam pertunjukannya, kesenian ini terdiri dari 16 hingga 20 orang penari yang dihimpun dalam 8 grup. Konon nantinya, semua penari tersebut akan menari dengan memanfaatkan replika Kuda Kepang. Konon Kuda Kepang ini terbuat dari kulit lembu yang dipahatkan dengan karakter raksasa. Pementasan Tari Jaranan Buto juga menarik perhatian masyarakat lantaran beberapa penari yang kesurupan tidak sadar bahkan akan mengejar orang yang menggodanya dengan siulan. Tidak hanya itu, para penari yang kesurupan mampu memakan kaca, api bahkan ayam yang hidup.
- Asal Muasal Tari Jaranan Buto
Hal menarik selanjutnya ialah berkaitan dengan asal muasal Tari Jaranan Buto. Konon asal tarian ini masih berkaitan dengan kerajaan Mataram. Adapun lahirnya kesenian Jaranan Buto adalah hasil akulturasi budaya dimana kesenian ini memadukan Kebudayaan Osing atau Suku asli Banyuwangi dengan Kebudayaan Jawa Mataraman. Bila dilihat dari segi penamaan, istilah Jaranan Buto mengadopsi nama tokoh legendaris yaitu Minakjinggo. Ada banyak anggapan mengenai tokoh yang satu ini. Ada yang menyebut Minakjonggo sebagai seseorang yang memiliki kepala raksasa atau masyarakat Jawa kerap menyebutnya sebagai buto. Dari tokoh inilah kemudian muncullah replika kuda yang kemudian membawa filosofi sendiri. Kuda ibarat semangat perjuangan yang tinggi dan sikap ksatria dan kerja keras.
Itulah dua beberapa hal unik mengenai Tari Jaranan Buto. Bagaimana, ingin berkunjung ke Banyuwangi untuk melihat tarian tersebut? Eits, sebelum berkunjung ke Banyuwangi, service dahulu kendaraan yang Anda miliki agar perjalanan tidak terganggu. Apalagi saat ini sudah ada banyak sekali penyedia jasa mekanik body repair. Temukan beragam penyedia jasa tersebut di halo jasa. Selain cepat, Anda bisa langsung melihat profil-profil penyedia jasa tersebut!