Seni budaya Gandrung akan meriahkan Istana Negara? Ya, hal tersebut memang benar. Tarian Banyuwangi ini akan ditampilkan di Istana Negara lho. Seperti yang kita tahu dalam waktu dekat seluruh masyarakat Indonesia akan memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 72. Di usia kemerdekaan yang semakin bertambah tersebut, sepertinya pemerintah ingin membuktikan bahwa eksistensi budaya lokal harus tetap dilestarikan. Salah satunya ialah dengan menampilkan salah satu tarian yang berasal dari Jawa Timur. Bahkan Bupati Banyuwangi sangat mengapresiasi hal tersebut. Ia menilai keragaman seni budaya di nusantara bukan menjadi pemecah belah melainkan menjadi perekat bangsa. Tarian Gandrung sendiri ternyata memiliki nilai historis yang tinggi. Tidaka hanya gerakannya yang indah namun tarian ini juga menyimpan cerita yang unik terutama cerita mengenai tokoh-tokoh bersejarah di balik tarian Gandrung. Seperti para tokoh di bawah ini yang ternyata berpengaruh pada tarian Gandrung.
Sponsor: halo jasa
- Marsan
Siapa sangka, jauh sebelum berkembangnya tarian Gandrung hingga ke luar Banyuwangi, ada sosok yang rupanya memiliki kaitan erat dengan tarian Gandrung. Ialah Marsan. Sosok penari laki-laki yang disebut sebagai generasi terakhir penari laki-laki tari Gandrung. Ya, percaya atau tidak sebenarnya tari Gandrung dahulu kala ditarikan oleh penari laki-laki. Mendengar kata gandrung, banyak orang berpikir bahwa tarian tersebut ialah tarian suka cita. Benar saja, tarian tersebut memang ditarikan untuk memperlihatkan rasa cinta dan rasa terpesonanya masyarakat Blambangan kepada Dewi Sri yang mana banyak membawa kesejarahteraan masyarakat Blambangan. Singkat kata, rasa syukur atas berlimpahnya panen padi dilakukan dengan tampilan tari-tarian. Dalam sejarahnya, penari yang khusus menarikan tari Gandrung bukanlah sosok penari wanita melainkan penari laki-laki yang didandani layaknya seorang penari wanita. Namun seiring berkembangnya modernisasi serta masuknya nilai ajaran Islam, di tahun 1914 tarian Gandrung lanang tersebut benar-benar lenyap. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh meninggalnya sang penari laki-laki yang kala itu disebut sebagai generasi terakhir penari gandrung laki-laki bernama Marsan.
- Semi
Berakhirnya masa penari gandrung laki-laki ternyata tidak membuat tarian Gandrung hilang begitu saja. Setelah para generasi tari Gandrung lanang tiada, kisah tarian Gandrung tidak berhenti. Semi ialah salah satu bukti bahwa perkembangan tari Gandrung tidak luntur meski para penari pendahulunya telah tiada. Lantas siapakah sosok bernama Semi? Dalam beberapa versi cerita, Semi merupakan anak kecil yang di tahun 1895 berusia 10 tahun. Menurut cerita, sosok anak kecil inilah yang konon menjadi awal berkembangnya para penari Gandrung wanita. Saat itu, Semi sedang menderita penyakit yang tidak kunjung sembuh. Karena sudah berusaha namun anaknya tidak kunjung sembuh, ibunya kemudian bernadzar apabila Semi sembuh dari penyakitnya, ia akan berjanji akan menjadikan anaknya tersebut sebagai seblang. Semblang ialah sebutan untuk penari. Alhasil, akhirnya Semi sembuh dan anak kecil tersebut menjadi penari Gandrung kala itu. Seiring waktu, adik-adik Semi juga mengikuti jejak kakaknya. Kemudian di tahun 1970an, bermunculan penari-penari Gandrung wanita.
Itulah tokoh-tokoh yang ternyata memiliki pengaruh yang besar atas perkembangan tari Gandrung. Tarian tersebut ialah salah satu tarian yang akan memeriahkan perayaan 17 Agustus nanti di Intana Negara. Apakah Anda ingin menyajikan tarian unik ini dalam acara di lingkungan Anda? Jangan lupa untuk melakukan pengecatan ulang pada dinding atau batas jalan di lingkungan Anda untuk memeriahkan acara HUT RI ke 72 nanti. Pengecatan lebih mudah bila kita memanfaatkan jasa pengecatan di halo jasa lho. Jadi, dinding dan pembatas jalan menjadi lebih cerah, segar dan acara semakin meriah dengan tari tradisional.