Mengenal Suku Dayak Pulau Kalimantan. Suku Dayak merupakan suku asli dan penduduk pulau Kalimantan yang sejati. Dahulu benua Asia dan pulau Kalimantan merupakan bagian dari nusantara yang masih menyatu. Saat itu, memungkinkan orang-orang dari ras Mongoloid dari Asia mengembara melalui daratan dan sampai di tanah Kalimantan dengan melintasi pegunungan Muller-Schwaner. Dengan datang para pendatang yang berasal dari luar pulau Kalimantan, menyebabkan keberadaan mereka makin mundur ke pedalaman. Para pendatang yang sampai ke pulau Kalimantan di antaranya orang Melayu dari Sumatra dan semenanjung Malaka. Ada pula orang-orang Bugis, Makasar, dan Jawa semakin membuat suku Dayak menepi dan hidup terpencar-pencar. Apalagi pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, suku Dayak hidup semakin terpencar di seluruh wilayah Kalimantan, mereka lalu menyebar menelusuri sungai dan ada pula yang mendiami pesisir. Suku Dayak sebenarnya terdiri atas beberapa suku yang memiliki sifat dan perilaku yang berbeda.
Sebelum kedatangan orang Jawa dari kerajaan Majapahit, suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering pula terkenal dengan sebutan Nansarunai Usak Jawa. Sebutan tersebut bermakna kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit. Kejadian itulah yang kemudian membuat suku Dayak semakin terdesak. Kondisi terdesak ini semakin parah dengan adanya arus besar yang terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasal dari kerajaan Demak yang masuk pula bersamaan dengan pedagang Melayu. Sebagian besar suku Dayak akhirnya kemusian memeluk agama Islam , namun tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak. Mereka cenderung menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau orang Banjar. Orang-orang suku dayak yang menolak untuk menerima Islam akhirnya kembali menyusuri sungai, dan masuk ke pedalaman di daerah Kalimantan tengah. Orang-orang suku Dayak yang terdesak tersebut kemudian tinggal dan bermukim di daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas, dan Watang Balangan. Orang-orang suku Dayak yang memeluk agama Islam sebagian besar berada di Kalimantan Selatan dan Kotawaringin. Hal ini dibuktikan pula dengan adanya kesultanan Banjar yang berasal dari Suku Dayak yang cukup terkenal yaitu Lambung Mangkurat.
Bangsa Cina atau Tionghoa juga datang ke tanah Dayak Kalimantan, yang diperkirakan datang pada masa Dinasti Ming. Hal ini dibuktikan dengan adanya manuskrip yang ditulis dengan huruf kanji, dimana di dalamnya disebutkan bahwa kota yang pertama kali dikunjungi adalah Banjarmasin. Kedatangan orang-orang bangsa Tionghoa ini tidak menimbulkan perpindahan penduduk Dayak secara signifikan, karena orang Tiong Hoa tersebut hanya melakukan aktivitas berdagang. Peninggalan bangsa tionghoa yang masih disimpan oleh beberapa orang suku dayak misalnya piring malawen, belanga atau guci dan peralatan dari bahan keramik lainnya.
Adat istiadat suku Dayak banyak yang masih cukup terpelihara cukup kuat hingga sekarang. Adat istiadat ini biasanya berhubungan dengan hal yang berbau magis dan supranatural. Salah satu contohnya adalah berupa upacara Tiwah. Upacara ini adalah acara adat yang dilakukan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah dibuat. Sandung sendiri adalah sebuah tempat seperti rumah kecil yang dibuat khusus untuk orang yang sudah meninggal dunia. Upacara adat ini terkenal dengan kesakralan ritualnya.