Ada yang tidak tahu dengan STOVIA (Sekolah Dokter Perintis Di Indonesia)? STOVIA merupakan singkatan dari School tot Opleiding van Indische Artsen, yang menjadi sekolah pelatihan dokter Hindia serta merupakan cikal bakal fakultas kedokteran di Universitas Indonesia (UI). Kuliah di UI saat ini, bisa dibayangkan berapa biaya hidup dan biaya pendidikannya. Namun STOVIA saat itu terkenal merupakan sekolahnya orang miskin.
STOVIA emang didirikan pada saat kolonialisme di jaman penjajahan Belanda, dan lulusannya diharapkan menjadi tenaga medis di eranya. Saat itu dokter dan tenaga medis dipandang cukup penting oleh Belanda karena mewabahnya beberapa penyakit terutama di daerah Batavia yang menjadi lokasi tempat berdirinya STOVIA. Prakarsa pendirian pendidikan ini diawali boleh dr. Willem Bosch pada tahun 1854 yang merupakan dokter negara Belanda yang turut gigih dalam membela hak pribumi yang miskin. Willem Bosch mengajukan usulannya untuk mengadakan pelatihan pemberian vaksin bagi para mantri lokal. Selanjutnya, pelatihan ini menjadi cikal bakal sekolah pendidikan kedokteran di rumah sakit militer Belanda yang berada di Senen, Batavia. Dan akhirnya pada tahun 1898, diresmikan sebagai sekolah pendidikan kedokteran yang dikenal dengan sebutan STOVIA.
STOVIA secara resmi di buka pada tahun 1902 pada areal lahan kampus seluas 15.742 meter persegi. Yang menduduki direktur lembaga penelitian Eijkman adalah Achmad Mochtar yang merupakan orang pertama yang berkebangsaan Indonesia yang mengenyam pendidikan kedokterannya. Saat itu, kebutuhan tenaga kesehatan sudah cukup makin meningkat, namun tidak sebanding dengan proses masuk yang sulit dan proses pendidikan yang cukup melelahkan, sehingga jumlah lulusannya juga jumlahnya cukup kurang.
Pihak Belanda awalnya memberikan tawaran berupa iming-iming beasiswa dan mendapatkan perumahan gratis pada pemuda keturunan priyayi agar mau belajar di STOVIA. Belanda memberikan syarat bahwa semua lulusan harus siap bekerja untuk pemerintal kolonial. Dengan tawaran seperti itu tenyata masih belum mendapatkan sambutan hangat dari para kaum bangsawan Jawa, karena pada jaman tersebut, pekerjaan seperti guru dan dokter masih dianggap pekerjaan rendah. STOVIA yang kekurangan murid akhirnya membuka tawaran bagi orang umum dan pemuda priyayi kalangan menengah.
Saat menjadi murid di STOVIA, mahasiswanya dibebaskan dari kewajiban pembayaran uang pendidikan seperi saat ini. mahasiswa STOVIA justru mendapatkan beberapa fasilitas berupa alat-alat sekolah, seragam serta uang saku sebesar 15 gulden per bulan yang nilanya setara dengan satu kwintal gula berkualitas premium. Dengan cara inilah Belanda melakukan triknya agar mendapatkan jumlah tenaga kesehatan yang cukup sehingga mampu menarika pemuda Indonesia untuk mau sekolah dokter. Hal itulah yang kemudia menjadi sebutan bahwa STOVIA merupakan sekolah dokter untuk orang miskin.
Dengan seiring perkembangan STOVIA yang semakin baik, sekolah dokter perintis ini berhasil mencetak banyak dokter dan cendekiawan yang cemerlang kemampuannya.banyak pemuda-pemuda terbaik dari seluruh Indonesia akhirnya datang untuk menuntut ilmu di STOVIA dan semangat untuk mengubah Indonesia menjadi lebih baik. STOVIA kemudian memiliki pusat gerakan pemuda yang dikenal dengan sebutan Boedi Oetomo, yang diprakarsai oleh 9 mahasiswa STOVIA pada tanggal 20 Mei 1908 yang kemudian menjadi tonggak kebangkitan bangsa Indonesia, dan diperingati sebagai hari kebangkitan nasional. Awalnya organisasi ini merupakan perhimpunan eksklusifpara aristokrat Jawa. Namun, kemudian Tjipto Mangoenkoesoemo salah satu anggotanya mengembangkan perhimpunan ini dan akhirnya berevolusi menjadi pergerakan politik yang besar. Selanjutnya, mahasiswa STOVIA dan mahasiswa lain dari sekolah hukum mengadakan kongres pemuda yang terinspirasi dari lahirnya Boedi Oetomo pada tahun 1928. Kongres ini lah yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda dengan ikrar Sumpah Pemuda yang cukup membahana. Setiap tahun kemudia Indonesia memperingatinya sebagai hari Sumpah Pemuda.